Pages

Ads 468x60px

Sample text

Sabtu, 25 Agustus 2012

PROSPEKTIF UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) (Artikel)


Konversi IAIN ke UIN adalah proyek keilmuan. Proyek pengembangan wawasan keilmuan dan perubahan tata pikir keilmuan yang bernafaskan keagamaan transformatif. Bukan berubah asal berubah, bukan sekedar ikut-ikutan, bukan pula sekedar proyek fisik. Konversi IAIN ke UIN adalah momentum untuk membenahi dan menyembuhkan “luka-luka dikotomi” keilmuan umum dan agama yang makin hari makin menyakitkan.
UIN dalam penyelenggaraan disiplin keilmuan menawarkan program-program studi SAINTEKHUM (sain, teknologi, dan humaniora). UIN dalam perkembangannya akan mendapatkan pengakuan yang bersifat luas, baik di lingkungan atau kalangan lembaga-lembaga Kementerian Agama maupun di lembaga-lembaga lain, baik negeri maupun swasta, bahkan sampai tingkat internasional sesuai dengan era sekarang yang bersifat global dan penuh kompetisi.
Keunggulan-keunggulan kompetetif merupakan kemampuan-kemampuan yang diunggulkan yang bisa bersaing dengan universitas lain. Kendatipun UIN baru mengembangkan beberapa program-program studi umum, khususnya program studi saintekhum. Artinya diharapkan lulusan-lulusan yang memiliki kemampuan yang diakui secara luas, memiliki kompetensi afektif dan merupakan tantangan yang berat dari suatu kerja keras yang menuntut stekholder UIN untuk benar-benar serius.
Oleh karena itu diharapkan nantinya bisa dielaborasi apa yang dimaksud dengan kemampuan yang diterima secara luas dan apa yang dimaksud dengan memiliki keunggulan program. Ini terlepas dari standar-standar yang ingin dikembangkan. Artinya program-program studi baik yang berkaitan dengan saintekhum ataupun dengan ‘Ulumud Diniyah’ di lingkungan UIN ini. Pada program studi apa saja yang terdapat di UIN, mahasiswanya menguasai minimal kemampuan-kemampuan yang berkaitan dengan Information and Communication Technology (ICT). Kemampuan itu bisa dijadikan standar dan diterima secara luas dan juga memungkinkan untuk ikut kompetisi dalam persaingan global.
Setiap program kelulusan UIN pada program studi apapun, dia harus menguasai dan memiliki kemampuan berkomunikasi lisan maupun tulisan dengan menggunakan bahasa yang digunakan secara global. Dalam hal ini ada dua jenis bahasa yang seharusnya dikuasai oleh semua lulusan UIN. Pertama adalah kemampuan berbahasa Inggris untuk komunikasi dunia global. Kedua kemampuan berbahasa Arab untuk komunikasi dunia Islam. Kalau lulusan UIN ini memiliki standar kemampuan seperti itu, maka UIN akan diterima secara luas karena memiliki nilai-nilai keunggulan kompetitif. 
Pertanyaannya adalah, apa bedanya antara lulusan-lulusan progam studi yang sejenis antara lulusan UIN dan lembaga pendidikan lainnya. Kalau standar tadi dicapai maka perbedaannya adalah kemampuan-kemampuan yang berkaitan dengan tafaqquh fiddien itu. Artinya, UIN pada program studi kedokteran akan menghasilkan lulusan dokter yang memiliki kemampuan-kemampuan bidang kedokteran yang tidak terlalu berbeda dengan lulusan-lulusan kedokteran di lembaga pendidikan lainnya serta memiliki kemampuan-kemampuan yang berkaitan dengan tafaqquh fiddien, kemampuan komunikasi baik dengan lisan atau tulisan maupun dengan bantuan dari teknologi ICT dan berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian pada akhirnya nanti lulusan saintekhum dari UIN itu bisa berkompetisi di masyarakat. Kalau ini dimiliki, maka nilai kompetisinya kuat sekali karena masih banyak para pemakai lulusan (seperti perusahaan-perusahaan) yang menginginkan karyawannya menguasai good skill yang memadai sehingga dia punya kualitas yang tinggi.
Sebagai contoh di UIN Malang telah menemukan dan menerapkan perspektif ilmu yang terintegrasi dan holistik. Perspektif itu secara epistemologi tidak membedakan ataupun memisahkan ilmu agama dan ilmu umum.
Menurut Imam Suprayogo, tidak ada dikotomi atau dualisme, yang ada hanyalah kategori-kategori. Ia membandingkan dengan perguruan tinggi umum untuk mendapatkan kejelasan tentang UIN, perbedaannya dalam mengembangkan keilmuannya terletak pada sumber yang digunakan. Perguruan tinggi umum dalam mengembangkan ilmu serta kebenaran-kebenaran ilmiahnya bersumber pada hasil-hasil riset, observasi, eksperimentasi, dan secara epistimologis mengandalkan kekuatan akal atau rasio. Berbeda dengan itu, UIN menggali kebenaran untuk mengembangkan ilmu pengetahuan selain sebagaimana perguruan tinggi pada umumnya, terlebih dahulu melihat dan mengkaji ayat-ayat qauliyah yakni al-Qur’an dan al-Hadis. UIN mengembangkan ilmu pengetahuannya dengan mengambil dua sumber sekaligus yaitu ayat-ayat qauliyah yakni al-Qur’an dan al-Hadis serta ayat-ayat kauniyyah yang lazim dikenal dengan pendekatan ilmiah (scientific approachs). semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar